Penulis : Karen Armstrong
Penerbit : PT Mizan Pustaka
Cetakan : 2013
Tebal : 267 Halaman
Peresensi : Badik Rahmawati
Muhammad sebagai Nabi akhir zaman yang selalu di elu-elu kan menjadi
seorang pemimpin yang hidup sampai sampai akhir hayat yang membimbing kepada
jalan kebaikan ternyata mengalami sakit dan kemudian meninggal dunia tepat
dipangkuan Siti Aisyah. Seluruh umat Islam tidak percaya terhadap kematian Nabi
Muhammad SAW tersebut, apalagi Umar yang begitu terpukul atas insiden tersebut.
Setelah Abu Bakar membacakan ayat yang telah diwahyukan kepada Muhammad setelah
Perang Uhud, ketika banyak muslim yang dikejutkan oleh kematian Nabi: “Muhammad
tidak lain adalah seorang rasul; rasul-rasul telah berlalu sebelum dia. Apakah
jika dia wafat atau dibunuh, kalian akan berbalik ke belakang? Barang siapa
yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada
Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur”, Umar khususnya mau mengakui bahwasanya Nabi Muhammad telah kembali
ke Rahmatullah.
Karen Armstrong mampu menyajikan suatu tulisan sejarah peradaban Islam yang
begitu menyentuh dengar gambaran yang tepat dan alur yang kuat. Penulis juga
memperlihatkan gambaran politik pada zaman Nabi Muhammad dengan begitu gamblang
dan sitematis. Adapun sistem permusyawarahan dalam pembuatan kebijakan politik
pada zaman Nabi Muhammad dilanggar oleh suatu kaum. Penulis menyajiakan sistem
politik yang jujur dan adil pada zaman Nabi Muhammad. Tak lupa Armstrong pun
juga memberitahu pada umat Islam khususnya bahwasanya Islam itu suatu bentuk
perdamaian serta kerukunan dalam persaudaraan.
Pada masa pemerintahan Nabi Muhammad kerap kali mengalami gejolak dalam pendakwahan
Islam. Umat jahiliah menolak ajaran yang dibawakan Nabi Muhammad karena mereka
meyakini bahwasanya Tuhan itu tidak nyata, tidak memberikan bukti yang nyata
terhadap kehidupan mereka.
Penulis juga mengajarkan bahwasanya apabila ingin menghindari kehancuran,
dunia Muslim dan Barat mesti belajar bukan hanya untuk bertoleransi, melainkan
juga saling mengapresiasi. Titik berangkat yang baik adalah dari sosok
Muhammad: seorang manusia yang kompleks, yang menolak kategorisasi dangkal yang
didorong oleh ideologi, yang terkadang melakukan hal yang sulit atau mustahil
untuk diterima, tetapi memiliki kegeniusan yang luar biasa dan mendirikan
sebuah agama dan tradisi budaya yang didasarkan bukan pada pedang, melainkan
pada “Islam”, berarti perdamaian dan kerukunan.
Dalam menceritakan kejadian pada masa Nabi Muhammad penulis melakukan
pengulangan kejadian yang membuat pembaca bosan dengan perulangan tersebut.
Adapun dari segi kata yang digunakan juga memakai kata ilmiah yang begitu susah
untuk dipahami walaupun di bagian belakang buku ada penjelasannya tapi kurang
menyeluruh arti dari kata ilmiah yang digunakan pada buku Muhammad Prophet
For Our Time.
Awal cerita sendiri juga langsung dalam tahapan konflik yang rumit. Penulis
menyajikan dengan alur awal yang kurang to the point. (/dik)
Label:
Agama
0 komentar: