Kejujuran dengan
ketidak-jujuran alias berohong memiliki suatu kedekatan dalam esensi yang
terdapat di dalamnya. Kejujuran sendiri yaitu ketulusan hati; kelurusan hati;
tidak berbohong; mengungkapkan segala kebenaran secara utuh. Sedangkan
kebohongan sendiri yaiu tindakan ataupun perbuatan yang dilakukan tidak secara
kenyataan. Dalam hal ini antara kejujuran dan kebohongan mempengaruhi satu sama
lain.
Setiap manusia pasti ingin mendapat
kenyamanan dalam hidup. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwasanya meraka
akan memilih suatu tindakan untuk mendapatkan hasrat tersebut yaitu dalam wujud
kejujuran ataupun kebohongan.
“Sesungguhnya yang
mengada-adakan kebohogan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (An-Nahl:105)
Namun di jaman kontemporer
sendiri nilai dari kejujuran sudah mulai terkikis. Banyak orang yang sudah berusaha
jujur namun kejujurannya tidak diakui. Disini membuat orang yang berkata jujur tersebut
menjadi ragu apakah kejujuran masih bisa dipertahankan?
Maka mereka akan memilih opsi
yang kedua yaitu kebohongan. Dengan dalil atau hukum apapun suatu kata kebohongan
yang dipertahankan mati-matian maka akan menjadi suatu doktrin yang natural dan
hal itu akan menjadi anutan apabila tidak ada pembenaran di dalamnya.
Setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
(Al-Isra’:70)
Namun
bukan berarti kita tidak mau menerima kekurangan orang lain tersebut. Tapi kita
harus menerimanya. Satu hal yang perlu digaris bawahi bahwasanya manusia
memiliki hak nya masing-masing. Seperti yang sudah termaktub dalam
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Apabila kita
tidak mau untuk menghargainya, apakah keselarasan dalam hubungan sosial masih
bisa untuk dipertahankan?
Kejujuran
mahal harganya. Kepercayaan yang sudah diberikan pada manusia sebenarnya harus
dijaga, karena itu sudah merupakan tanggung jawab dari tiap individu. Namun apa
daya ketika seseorang berjuang dalam kejujuran namun malah mati dalam
kuburan. Hal tersebut menyiratkan bahwasanya manusia sendiri sebenarnya
lebih suka untuk dibohongi karena hal itu menurut apa yang diinginkan hati
mereka. Mereka takut akan kenyataan yang tidak sejalan dengan pikirannya,
makanya mereka memilih untuk menerima kebohongan demi memuaskan hasrat
batinnya. Bukan berarti di dalam kebohongan sendiri itu juga merugikan
orang lain, namun di sisi lain memang jawaban dari kebohongan yang mereka harapkan.
Kebohongan
yang baik dan diperbolehkan terdapat dalam sabda Rosululloh صلى الله عليه وسلم: “Bohong itu tidak halal
kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho
istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara manusia”.
Kejujuran
dan kebohongan memang beda-beda tipis, namun keduanya memiliki kekuatan yang
sama yaitu demi pemenuhan kenyamanan dalam hidup.
Kejujuran
hanya bisa dirasakan dari hati nurani seseorang. Seorang bayi yang masih kecil
langsung menangis ketika berkenalan dengan dunia luar di luar kandungan ibunya.
Mereka memiliki kejujuran yang alami dan suci. Anak-anak yang masih kecil di bawah
lima tahun (balita) kebenaran dari kata-kata yang diungkapkan baik tersirat
maupun tersurat mungkin masih bisa diakui keakuratannya. Namun apabila usia
sudah di atas lima tahun tersebut mungkin bisa dikaji ulang tingkat keakuratan
kebenarannya. Karena anak-anak sudah mulai berbaur dengan orang lain dan
lingkungan luar. Doktrin-doktrin yang masuk dari luar mempengaruhi tumbuh
kembangnya anak tersebut. Peranan orang tua menjadi vital terkait perkemabgan
anak-anaknya. Apakah orang tua sanggup untuk memberikan pendidikan karakter
usia dini atau kah belum bisa memaksimalkan peranan tersebut?
Ketika
suatu anak menjadi dewasa karakter yang sesungguhnya sudah mulai terlihat.
Apakah nantinya anak menjadi seorang pembangkang ataupun penurut?
Tiap
kata-kata yang dikeluarkan tiap orang memiliki kekutan untuk mempengaruhi orang
lain baik sebagai entertainment ataupun edukasi. Ketika kejujuran tetap
dipegang teguh maka yang ada adalah kekuatan kebenaran. Namun apabila
kebohongan yang di pegang secara mati-matian maka yang di dapat adalah
kerusakan pada sektor sosial.
Kejujuran
dan kebohongan sendiri terbentuk karena aktivitas sosial serta lingkungan yang
selalu berdekatan dengannya. Oleh karena itu perlu membentengi diri dari
hal-hal yang tidak sejalan dengan hati nurani. Kejujuran adalah kunci kehidupan
harmonis, kenyamanan serta kebebasan yang abadi.
Kebohongan yang membangun dan demi kebaikan
orang banyak tidak perlu diperdebatkan lagi. Sesungguhnya nilai dari kebohongan
dan kejujuran itu tergantung dari perspektif masing-masing individu.
Para
penguasa menginginkan keteraturan dan kebaikan dalam pemerintahannya. Namun
menurut para penguasa hal yang dilakukan sudah benar, tapi bagi masyarakat hal
tersebut merugikannya. Masyarakat yang belum mengetahui keseluruhan isi dari
tata pengelolaan pemerintahan pasti akan melihat hal yang dikerjakan pemerintah
buruk, namun sebenarnya dibalik kebohongan tersebut mengandung misi kesejahteraan
bagi masyarakat. Apabila penguasa bersikap jujur sejujur-jujurnya maka apakah
masyarakat mau menanggung beban yang diemban oleh penguasa? Itu lah jalan yang
selama ini ditempuh penguasa, terlihat sesat namun sebenarnya demi kebaikan
bersama. Beban moral di pundak para penguasa begitu membuatnya tertekan dalam
mengambil suatu kebijakan yang moderat. Perlu saling menghargai dan menghormati
satu sama lain demi tercipanya keselarasan dalam kehidupan ini.
Kejujuran
yang sesungguhnya hanya milik Tuhan, semua kembali padaNya. Manusia hanya bisa
berusaha dan Tuhan yang menentukan. Lebih baik mulia di mata Tuhan daripada
mulia di mata manusia. Junjung tinggi nilai kejujuran yang akan membawa pada
ketenangan dan ketentraman hidup. Menodai kejujuran sama dengan menodai
kehidupan itu sendiri. Tak tersurat namun tersirat dalam kalbu tiap insan.
kalbu yang berucap
think big
Label:
Opini
0 komentar: