Komunikasi Dakwah




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Di zaman yang sudah mutakhir seperti ini, sangat jarang sekali seorang pedakwah (komunikator) ditemukan. Seolah-olah pondasi islam sendiri mulai berkurang karena tidak adanya pihak penyeru dalam menjalankan kebajikan yang sesuai dengan hukum islam dan pencegahan dalam perbuatan kemunkaran. Oleh karena itu peran pedakwah sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi secara integral dan mampu mengambil posisi sebagai stimulator yang dapat memotivisir menuju kepada tingkahlaku atau sikap yang sesuai dengan pesan-pesan (messages) dakwahnya tersebut. Dalam kalimat yang penuh harap barangkali bisa berkata: Bagaimana meng-Islamkan teknologi, dan bukan menteknologikan Islam – Ini hanya mungkin terjadi apabila seluruh umat islam mampu melembagakan dakwah itu sedemikian rupa sehingga muballigh sebagai komunikator mampu memberikan pelayanan secara maksimal. Seluruh umat Islam punya pretensi bahwa dakwah itu bukan hanya sekedar menyampaikan, tetapi juga bagaimana merubah satu sikap menjadi ideal atau relevan dengan tuntutan agama Islam.

1.2  Rumusan Masalah
Adanya komunikasi yang kurang sempurna oleh para pedakwah, maka berikut ini permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
a.       Bagaimana Dasar dan Kewajiban Dakwah?
b.      Bagaimana Metode Dakwah?


BAB I
KOMUNIKASI DAKWAH
A.    Dasar dan Kewajiban Dakwah
Bagi seluruh pedakwah (komunikator) diwajibkan untuk menyampaikan pesan yang mengajak kepada kebaikan, seperti yang sudah dijelaskan dalam kalamullah QS. Ali-Imraan: 104:



Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Tafsirnya:
Allah berfirman hendaknya seluruh umat islam menyiapkan diri untuk melaksanakan perintah Allah mengajak orang mengamalkan kebajikan dan mencegah dari kemungkaran.
Yang dimaksud orang-orang yang beruntung ialah para sahabat yang inti, mujahidin, umat islam yang menyebarkan dan ulama’.
 Istilah komunikasi berasal dari kata communicare yang di dalam bahasa Inggris mempunyai arti  communication’ , dalam bahasa latin ‘berpartisipasi’, atau berasal dari kata commoness yang berarti sama = common.
Komunikasi secara sederhana mengharapkan kepada orang lain untuk adanya partisipasi atau bertindak sama agar mencapai tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan.
Menurut istilah dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti seruan – ajakan – panggilaan. Sedangkan orang yang melakukan seruan tersebut dikenal dengan panggilan Dai = Orang yang menyeru. Tetapi mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan, maka komunikator dikenal pula dengan sebutan ‘Mubaligh’

Secara terminologi menurut H. Endang S. Anshari mengatakan bahwa:
Arti dakwah dalam arti luas yaitu penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya).1
Adapun menurut Prof. Thoha Yahya Omar MA, yaitu:
·         Definisi ilmu dakwah secara umumyaitu suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan, bagaimana seharusnya menarik  perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu.
·         Sedangkan definisi dakwah menurut islam ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.2
Lapangan dakwah itu sangat luas yang meliputi seluruh perikehidupan manusia. Sebagai komunikator (pedakwah) diharapkan agar mampu untuk menyeru kepada seluruh umat islam maupun seluruh masyarakat khususnya umat islam dalam berbuat kebajikan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw yang berbunyi:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
Artinya:
“Sampaikan apa yang (kamu terima) dari padaku walaupun hanya satu ayat”. (Al-Hadits)
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Islam tidak mewajibkan umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah sendiri. Disebutkan dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Hai orang yang beriman, jagalah dirimu dan sanak kerabatmu dari siksa neraka”. (Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6).”


Artinya: “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan cara bijaksana.” (Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125)
Komunikasi dakwah yaitu suatu bentuk komunikasi yang khas di mana seseorang (mubaligh=komunikator) menyampaikan pesan-pesan (messages) yang bersumber atau sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan sunah, dengan tujuan agar orang lain (komunikan) dapat berbuat amal saleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan tersebut. Seperti halnya Harold D. Laswell telah mengungkapkan suatu pertanyaan untuk terpenuhinya suatu komunikasi melalui kata-kata bersayap yaitu:
“Who says What to Whom in What Channel With What Effect”
Dalam pernyataan tersebut dakwah memenuhi kriteria komunikasi, yaitu:
Who                            : Setiap pribadi muslim.
Says What                   : Pesan-pesan (risalah) Al-Qur’an dan sunah serta penjabaran dari
  Quran dan Sunah.
To Whom                    : Kepada manusia pada umumnya.
In What Channel         : Memakai media atau saluran dakwah apa saja yang sah secara
hukum.
With What Effect       : Terjadinya perubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator. (Perubahan mana disebut dengan istilah amal saleh).2
 
METODE DAKWAH DALAM SURAH AN-NAHL (16) : 125

Allah Ta’ala berfirman :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [النحل: 125]
 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Dalam ayat tersebut terdapat tiga metode dakwah yang harus kita laksanakan sebagai seorang da’i
:
1.    Berdakwah dengan Hikmah.
2.    Berdakwah dengan al-Mau’idzah al-hasana ( pelajaran yang baik )
3.    Berdakwah dengan melakukan bantahan dengan cara yang baik.


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Sebagai Pedakwah (Komunikator) harus mampu menyampaikan pesan-pesan dakwahnya kepada seluruh umat Islam (Komunikan) agar terwujudnya amal shaleh yaitu perbuatan yang selaras dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

3.2 Saran
Agar terciptanya Komunikasi dan metode Dakwah yang efektif, diharapkan dukungan dari seluruh elemen umat Islam dalam menyeru untuk berbuat kebajikan dan menjauhi kemunkaran serta selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam menyampaikan pesan yang dibawanya.


DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Jalalain, Karya Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuti.
H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, 2003, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Surabaya: Bina Ilmu.
Ilaihi, Wahyu, MA, 2010, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syukir, Asmuni, 1983, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.
Toto Tasmara, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama.




0 komentar:

Posting Komentar