Manusi
merupakan makhluk ciptaan Allah Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang
dan setiap orang Islam memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan agama Islam
yaitu berupa seruan-seruan dalam kebaikan.
S
|
ebagai
Pedakwah (Komunikator) harus mampu menyampaikan pesan-pesan dakwahnya kepada
seluruh umat Islam (Komunikan) agar terwujudnya amal shaleh yaitu perbuatan
yang selaras dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Agar terciptanya Komunikasi dan metode Dakwah yang efektif,
diharapkan dukungan dari seluruh elemen umat Islam dalam menyeru untuk berbuat
kebajikan dan menjauhi kemunkaran serta selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an
dan Sunnah dalam menyampaikan pesan yang dibawanya.
Dalam penyebarkan suatu dakwah Islam dapat melalui
media massa modern, yakni pers, film, radio, dan televisi. Masyarakat umum
sampai saat ini bisa juga mengakses segala pemberitaan yang disediakan oleh para
jurnalis melalui media-media tersebut. Komunikasi massa yang diterapkan disini juga ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang
dicakupnya seperti sifat komunikan dimana pihak dari pers harus mampu
mempersuasif khalayak sedemikian rupa agar bisa menimbulkan feedback yang diinginkan. Dari segi
sifat media pun juga harus objektif ketika menyampaikan suatu informasi pada
khalayak, bukan bertujuan pembodohan yang natural. Adapun sifat pesan dari
maksud yang ingin disampaikan harus mengajarkan suatu hal yang tetap berpegang
teguh pada kesucian Al-Quran dan Al-Hadis. Kemudian dari segi komunikator
sendiri juga harus memegang teguh amanah yang telah dibebankan padanya agar
dakwah Islam semakin berkembang.
Perkembangan dakwah Islam di zaman sekarang ini
meliputi perkembangan dari pengetahuan ke ilmu, perkembangan dalam bentuk hardware dan perkembangan dalam bentuk software. Dalam proses perkembangannya,
media massa pernah mengalami benturan-benturan, tetapi pada akhirnya berjalan
berdampingan sambil saling mengisi. Seorang pendakwah sejati yang hidup hanya
untuk berjihad di jalan Allah memiliki kewajiban untuk menyebarkan informasi,
mendidik, dan menghibur ke arah kebaikan agar Islam mudah diterima oleh
masyarakat awam khusunya. Bagi seluruh pedakwah
(komunikator) diwajibkan untuk menyampaikan pesan yang mengajak kepada
kebaikan, seperti yang sudah dijelaskan dalam kalamullah QS. Ali-Imraan: 104:
Artinya:
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang
yang beruntung. Tafsirnya: Allah berfirman
hendaknya seluruh umat islam menyiapkan diri untuk melaksanakan perintah Allah
mengajak orang mengamal kebajikan dan mencegah dari kemungkaran. Yang dimaksud
orang-orang yang beruntung ialah para sahabat yang inti, mujahidin, umat islam
yang menyebarkan dan ulama’. Dalam
berdakwah pun juga tak luput dari niatan awal karena Allah Ta’Ala agar nantinya
tidak salah dalam mengambil langkah menuju suatu kebenaran serta kepastian yang
hakiki.
Komunikasi
oleh para pendakwah secara
sederhana mengharapkan kepada orang lain untuk adanya partisipasi atau bertindak sama agar mencapai tujuan, harapan atau
isi pesan yang disampaikan yaitu bertakwa kepada Allah. Masyarakat muslim yang berada di Indonesia khusunya sudah
mencakup hamper seluruh penduduk di Indonesia. Maka dari itu dakwah Islam
seharusnya harus mudah diterima dan dilakukan oleh orang Islam yang ada di
Indonesia. Menurut itilah dakwah berasal dari
bahasa Arab yang berarti seruan – ajakan – panggilaan. Sedangkan orang yang
melakukan seruan tersebut dikenal dengan panggilan Dai = Orang yang menyeru. Tetapi mengingat bahwa proses memanggil
atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas
pesan-pesan, maka komunikator dikenal pula dengan sebutan ‘Mubaligh’ . Oleh karena itu, banyak sekali para Da’I kecil yang mulai bermunculan agar Islam sendiri
lebih maju dan berkembang. Para Hafidz yang hafal isi Al-Quran begitu banyak
yang mengakibatkan Al-Quran sendiri bisa hidup sepanjang masa. Di kalangan
masyarakat pun juga telah ada TPQ atupun tempat pengajian-pengajian dimana
untuk penyegaran rohani agar menjadi seorang insan kamil yang terus menegakkan
ajaran agama Islam.
H.
Endang S. Anshari mengatakan bahwa Arti dakwah dalam arti luas yaitu
penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan
penghidupan manusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya). Jadi dalam media dakwah Islam sendiri pun juga bisa
menerapkan isi-isi seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya menjadi satu
kesatuan untuk meningkatkan mutu para Da’i. Tidak hanya terpaku pada ilmu-ilmu
tentang keIslaman tapi ilmu umum yang lain pun juga harus diperolehnya agar
wawasan bisa luas serta bersikap bijaksana dalam memandang suatu fenomena
sosial. Dengan demikian, ilmu dakwah adalah
suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan, bagaimana seharusnya
menarik perhatian manusian untuk
menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan
tertentu. Masyarakat pun juga dituntut
lebih aktif lagi dalam proses pelaksanaan siar dakwah. Dakwah
menurut pandangan para umat
islam yaitu mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Lapangan dakwah sendiri juga sangat luas yang meliputi seluruh
perikehidupan manusia. Masyarakat umum
khusunya harus bisa mengontrol dan menyaring pesan dakwah yang masuk dari barat
karena terkadang isinya menarik dan logis tapi makna yang tersirat di dalamnya
kontradiksi dengan kandungan makna yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Hadis. Sebagai
pedakwah diharapkan agar mampu untuk menyeru kepada seluruh umat islam maupun
seluruh masyarakat khususnya umat islam dalam berbuat kebajikan sebagaimana
yang diajarkan oleh Rasulullah saw yang berbunyi:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ
آيَةً
Artinya:
“Sampaikan
apa yang (kamu terima) dari padaku walaupun hanya satu ayat”. (Al-Hadits)
Berdakwah
dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim. Islam tidak
mewajibkan umatnya untuk selalu mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi
usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya. Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan
Allah sendiri. Disebutkan dalam Al-Qur’an:
Artinya:
“Hai
orang yang beriman, jagalah dirimu dan sanak kerabatmu dari siksa neraka”.
(Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6).”
“Ajaklah
ke jalan Tuhanmu dengan cara bijaksana. (Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125)
Komunikasi
dakwah Islam pun juga merupakan suatu
bentuk komunikasi yang khas di mana seseorang (mubaligh=komunikator)
menyampaikan pesan-pesan (messages) yang bersumber atau sesuai dengan ajaran
Al-Qur’an dan sunah, dengan tujuan agar orang lain (komunikan) dapat berbuat
amal saleh sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan tersebut. Seperti halnya
Harold D Laswell telah mengungkapkan suatu pertanyaan untuk terpenuhinya suatu
komunikasi melalui kata-kata bersayap yaitu:
Who says What to Whom
in What Channel With What Effect
Dalam
pernyataan tersebut dakwah memenuhi kriteria komunikasi, yaitu:
Who
: Setiap pribadi muslim,
Says
What : Pesan-pesan (risalah) Al-Qur’an dan sunah serta penjabaran dari Qur-an
dan Sunah,
To
Whom : Kepada manusia pada umumnya,
In
What Channel : Memakai media atau saluran dakwah apa saja yang sah secara
hukum,
With
What Effect : Terjadinya perubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan sesuai
dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator. (perubahan mana disebut
dengan istilah amal saleh),
Menghadapai tantangan dalam segala kehidupan dalam
masyarakat, manusia menjadi faktor sentral bagi para pembuat kebijaksanaan dan
pengambil keputusan. Dalam proses komunikasi sosial budaya di masyarakat kita
terdapat kecenderungan, di satu pihak terjadinya erosi wibawa di kalangan para
komunikator, di lain pihak terjadinya erosi wibawa di kalangan para
komunikator, di lain pihak terjadinya peningkatan daya kritik di kalangan
khalayak sebagai sasaran kegiatannya. Guna menjembatani kesenjangan itu
diperlukan keberanian komunikasi secara timbal-balik dan terbuka, serta
keberanian Imani, yakni iman dalam itikad, iman dalam ucapan, dan iman dalam
amal perbuatan.
Label:
Opini
0 komentar: