Di
Indonesia terdapat kesenjangan budaya dan intelektualitas disebabkan oleh
peradaban yang belum merata di antara seluruh suku bangsa. Bobot kegiatan media
massa sudah waktunya ditekankan pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
M
|
ahasiswa
cenderung memikirkan pekerjaan yang akan digelutinya ketika telah lulus dari
perkuliahan. Padahal niatan yang seperti itu keliru. Dalam ajaran Islam sudah
ditentukan bahwsanya segala hal ataupun niatan hanya ditujukan karena Allah
Ta’Ala bukan yang lainnya. Pemikiran seperti itu menyebabkan mereka salah dalam
berjalan, bukan lagi jalan yang lurus tetapi membelok dari tujuan awal yang
menyebabkan tidak sampai tujuan asli alias kegagalan. Mindset dari mahasiswa sudah terkonstruk sedemikian rupa karena
oleh para orang tuanya pun juga dididik demikian. Orang tua juga menuntut agar
besok sukses bisa bekerja di tempat yang nyaman dan memiliki gaji tetap agar
hidupnya sejahtera. Sedangkan dari pihak perusahaan juga melihat dari segi
kognitif yang dimiliki dari para karyawannya, jadi para mahasiswa
berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai yang sempurna dengan menghalalkan
berbagai cara.
Ada
yang menyontek saat ujian, memakai android, BB, ipad, handphone ataupun alat
komunikasi yang lain ketika ujian berlangsung. Penyalahgunaan alat komunikasi
ini sangat memprihatinkan sekali. Pasalnya alat komunikasi seharusnya digunakan
untuk mencari informasi dan mengembangkan pemikiran serta up to date dalam mengikuti perkembangan zaman malah digunakan untuk
suatu hal yang menurunkan potensi otak untuk lebih maju lagi. Sangat miris
sekali melihat fenomena sosial yang terjadi saat ini. Seharusnya dengan ilmu
yang telah diperoleh oleh para mahasiswa, mereka harus bisa menerapkan fungsi
dari tri perguruan tinggi negeri yang salah satunya berupa pengabdian pada Nusa
dan Bangsa khususnya masyarakat. Bukan menjadi robot-robot di perusahaan maupun
robot milik para penguasa yang dipergunakan untuk tujuannya tertentu. Problem
ini menjadi tanggung jawab semua pihak baik dari pihak kampus, orang tua,
pemerintah serta mahasiswanya sendiri.
Diperlukan
penalaran yang kritis pada diri setiap mahasiswa dalam merespon suatu problem
sosial. Penalaran menjadi ciri yang membedakan arti dan peranan mahasiswa dari
pemuda lain. Penalaran di kalangan mahasiswa merupakan faktor yang menentukan
kelestarian bangsa Indonesia. Terbinanya daya nalar di kalangan mahasiswa bukan
saja berkat peranan dosen, tetapi juga disebabkan autoaktivitas mahasiswa sendiri.
Kampus adalah pranata interaksionalisme yang menyediakan banyak sarana untuk
mengembangkan daya nalar mahasiswa. Ditinjau dari segi komunikasi, diskusi
adalah kegiatan yang paling ampuh untuk membina daya nalar di kalangan
mahasiswa.
Patutlah
kiranya merubah mindset dari diri
sendiri untuk pengabdian dan bisa berguna bagi orang lain serta perlu diadakan
kerja sama secara konsepsional terpadu antara Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Departemen Penerangan dengan sistem monoproblema agar mampu
mebuat kebijakan-kebijakan yang lebih inovatif lagi untuk memajukan pendidikan
para mahasiwa generasi penerus bangsa yang mandiri untuk Indonesia Berdaulat.
Label:
Opini
0 komentar: